Gokusen

Once Again…! Guru Sableng Cucu Yakuza?

Rasa-rasanya hampir semua orang yang baca komik mengenali tokoh sableng bernama Onizuka. Jelas, soalnya guru sableng yang mendidik murid-muridnya dengan cara yang aneh bahkan ekstrem ini sempat menjadi hits di Jepang sana. Karena manganya meraih popularitas luar biasa, GTO (Great Teacher Onizuka) tentu saja merambah pada serial anime bahkan serial dramanya. Serial dramanya sampai sekarang pun masih dinobatkan oleh banyak orang (walaupun juga diperdebatkan) sebagai serial drama terbaik yang pernah dibuat! Nah, kesuksesan GTO berbuah memiliki banyak pengekor guru-guru yang tidak lazim. Salah satu dari yang paling sukses adalah Gokusen.

Gokusen ini mengisahkan mengenai seorang guru bernama Kumiko Yamaguchi, seorang guru baru yang culun. Sang kepala sekolah dengan iseng memasukkan dia ke dalam kelas 3D, yang tidak lain tidak bukan adalah kelas terbandel yang tak pernah bisa ditangani oleh guru manapun juga. Siapa sangka kalau kelas 3D yang begitu bandel ini mendapat lawan sepadan kali ini? Tidak lain tidak bukan karena Kumiko Yamaguchi adalah cucu seorang Yakuza tersohor daerah itu. Tentu saja dia tidak bisa di’gertak’ begitu saja oleh para berandalan taraf SMU semata. Setali tiga uang dengan GTO, Gokusen juga diangkat dari serial manga dan memiliki serial animenya juga. Nah, apakah Gokusen serial drama juga bisa menuai sukses? Jawabannya: Ya. Karena drama ini adalah salah satu drama terlaris pada tahun 2002 dulu. Bagaimana sih kisah selengkapnya?

Female GTO?

Kumiko Yamaguchi benar-benar senang begitu diterima mengajar. Itu berarti cita-cita seumur hidupnya untuk menjadi seorang guru telah tercapai. Harapannya hanya satu yakni membawa murid-muridnya berjuang, belajar, dan bisa lulus bersama dengannya. Tetapi tugas pertamanya jelas tidak gampang. Kumiko diminta untuk menangani kelas 3D yang begitu bandel anak-anaknya. Mereka sering terlibat perkelahian di sana-sini dan juga bodoh. Karena itu bisa dibilang kelas 3D ini hanya dianggap sebagai kelas buangan semata. Lagipula hati dari mereka semua keburu tertutup karena merasa bahwa para guru sudah lebih dahulu negative thinking terhadap mereka.

Kumiko yang awalnya dianggap culun juga habis-habisan dijahili oleh mereka, toh kendati begitu ketika mereka mengalami kesulitan Kumiko mengejutkan mereka dengan memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa untuk menolong mereka. Ternyata Kumiko ini sebenarnya adalah seorang cucu Yakuza yang sudah dididik untuk membela diri dari kecil. Di balik tampang berkacamatanya yang culun, ternyata Kumiko adalah seorang wanita yang cantik… maaf… kuat dan bisa membela dirinya. Melihat Kumiko yang selalu mempercayai mereka, perlahan-lahan anggota dari kelas 3D pun mulai membuka hati mereka kepada Kumiko dan bahkan menjulukinya Yankumi (tanda keakraban mereka dengan Kumiko).

Satu murid yang mencuri perhatian dari Yankumi sekaligus memiliki hubungan yang jauh lebih dalam dengannya (lebih dekat, bukan hubungan guru-murid yang tidak senonoh lo) adalah Sawada Shin. Kenapa? Karena Sawada Shin sebenarnya adalah seorang murid yang pintar dan tidak seharusnya tergabung dalam kelas 3D yang rata-rata bodoh, satu-satunya alasan Sawada Shin berada di kelas ini adalah karena ia sudah kehilangan kepercayaan pada orang dewasa. Nah, bagaimanakah Yankumi nantinya mengatasi masalah dari setiap murid-murid di kelas 3D ini? Yang jelas semuanya tampil secara seru, lucu, unik, dan mengharukan!

Tiga karakter yang saya sorot dalam menonton drama ini adalah Yukie Nakama, Namase Katsuhisa, dan Matsumoto Jun. Ketiganya saya anggap sukses dalam memerankan karakter mereka. Yukie Nakama terutama paling mengejutkan saya. Maklum saja, sebelum nonton Gokusen saya terlebih dahulu menonton Shinobi di mana dia menjadi seorang ninja feminin yang luar biasa cantik dan The Ring di mana sebagai sosok Sadako dia tidak bisa dibilang melucu. Dalam Gokusen ini sintingnya dia berhasil terus menerus mengocok perut saya dan penampilannya sangatlah berubah menjadi tolol, bodoh, sekaligus hanya cantik di saat tertentu saja (dan Yukie Nakama masih memiliki serial Trick sebagai serial humor yang ia andalkan!). Karakter kedua yang kocak adalah Namase Katsuhisa yang muncul sebagai seorang wakil kepala sekolah yang bloon dan sok tahu – karakter ini saya anggap sebagai sindiran terhadap dunia pendidikan sekarang ini (mirip dengan GTO juga bukan?). Terakhir adalah Matsumoto Jun, apabila dalam GTO daya tarik juga terletak pada cewe-cewe cantiknya, mungkin Gokusen menggunakan Matsumoto Jun yang lumayan menawan untuk menarik perhatian kaum hawa! Untung saja penampilan Matsumoto Jun yang dingin dan cool saya anggap mampu menghidupkan peran Sawada Shin.

Role of a Teacher

Serial ini sekali lagi menekankan kepada saya betapa pentingnya rasa percaya dari seorang murid terhadap gurunya. Apabila seorang murid bisa membuka hati terhadap gurunya, niscaya lebih mudahlah gurunya untuk memahami dirinya sekaligus kesulitannya dalam hal pelajaran. Seorang guru yang baik tidak hanya terbatas di sekolah membuat nilai muridnya menjadi sempurna saja, tetapi juga bagaimana membuat seorang muridnya satu sosok yang berharga di tengah masyarakat. Perhatikan bahwa Sawada Shin mungkin pintar tetapi dengan kebengalannya dan kelakuan berandalnya ia jelas tidak mendapatkan simpati dari masyarakat bukan?

Yankumi mungkin tidak cerdas dalam bidang akademik. Mungkin juga ia tidak memiliki fisik menawan untuk menarik perhatian para murid. Tetapi ia memiliki apa yang seorang guru perlukan. Ia memiliki kemampuan untuk menyentuh hati murid-muridnya dengan kasihnya. Ia memiliki kemampuan mengerti apa yang murid-muridnya perlukan, dan membuka hati murid-murid itu kepadanya. Mungkin memang serial Gokusen ini secara keseluruhan masih kalah dengan GTO ataupun Dragon Zakura (karena Gokusen terlalu banyak menekankan mengenai hal-hal di luar bidang akademis – satu kekurangan karena kita jadi tidak bisa melihat peningkatan anak-anak 3D dalam hal akademis) tetapi secara keseluruhan ia masih berhasil memberikan nilai moral yang mendalam usai kita tonton (dan jangan lupa kita bisa jadi sakit perut karena ketololan ulah Yankumi dan kelas 3Dnya!). Ini jugalah serial yang membuat saya menjadi suka dengan seorang Yukie Nakama (saya tidak terlalu suka dengan perannya yang mellow dan sedih, peran tolol sekaligus gembira seperti inilah yang lebih cocok untuknya).

Terakhir, karena kesuksesan serial ini maka dibuatlah Gokusen 2 dan 3 di Jepang sana. Sayangnya sekuel-sekuelnya ini dianggap mengecewakan banyak pihak karena menghadirkan konflik-konflik yang mirip dengan prekuelnya (bahkan ironisnya sampai karakter-karakternya sekalipun mirip). Tetapi bagi mereka yang sudah terlanjur suka dengan Gokusen dan masih rindu dengan sosok Yankumi, bolehlah memuaskan rasa kangen itu dengan menonton sekuel-sekuelnya.

Once Again…! Guru Sableng Cucu Yakuza?

Rasa-rasanya hampir semua orang yang baca komik mengenali tokoh sableng bernama Onizuka. Jelas, soalnya guru sableng yang mendidik murid-muridnya dengan cara yang aneh bahkan ekstrem ini sempat menjadi hits di Jepang sana. Karena manganya meraih popularitas luar biasa, GTO (Great Teacher Onizuka) tentu saja merambah pada serial anime bahkan serial dramanya. Serial dramanya sampai sekarang pun masih dinobatkan oleh banyak orang (walaupun juga diperdebatkan) sebagai serial drama terbaik yang pernah dibuat! Nah, kesuksesan GTO berbuah memiliki banyak pengekor guru-guru yang tidak lazim. Salah satu dari yang paling sukses adalah Gokusen.

Gokusen ini mengisahkan mengenai seorang guru bernama Kumiko Yamaguchi, seorang guru baru yang culun. Sang kepala sekolah dengan iseng memasukkan dia ke dalam kelas 3D, yang tidak lain tidak bukan adalah kelas terbandel yang tak pernah bisa ditangani oleh guru manapun juga. Siapa sangka kalau kelas 3D yang begitu bandel ini mendapat lawan sepadan kali ini? Tidak lain tidak bukan karena Kumiko Yamaguchi adalah cucu seorang Yakuza tersohor daerah itu. Tentu saja dia tidak bisa di’gertak’ begitu saja oleh para berandalan taraf SMU semata. Setali tiga uang dengan GTO, Gokusen juga diangkat dari serial manga dan memiliki serial animenya juga. Nah, apakah Gokusen serial drama juga bisa menuai sukses? Jawabannya: Ya. Karena drama ini adalah salah satu drama terlaris pada tahun 2002 dulu. Bagaimana sih kisah selengkapnya?

Female GTO?

Kumiko Yamaguchi benar-benar senang begitu diterima mengajar. Itu berarti cita-cita seumur hidupnya untuk menjadi seorang guru telah tercapai. Harapannya hanya satu yakni membawa murid-muridnya berjuang, belajar, dan bisa lulus bersama dengannya. Tetapi tugas pertamanya jelas tidak gampang. Kumiko diminta untuk menangani kelas 3D yang begitu bandel anak-anaknya. Mereka sering terlibat perkelahian di sana-sini dan juga bodoh. Karena itu bisa dibilang kelas 3D ini hanya dianggap sebagai kelas buangan semata. Lagipula hati dari mereka semua keburu tertutup karena merasa bahwa para guru sudah lebih dahulu negative thinking terhadap mereka.

Kumiko yang awalnya dianggap culun juga habis-habisan dijahili oleh mereka, toh kendati begitu ketika mereka mengalami kesulitan Kumiko mengejutkan mereka dengan memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa untuk menolong mereka. Ternyata Kumiko ini sebenarnya adalah seorang cucu Yakuza yang sudah dididik untuk membela diri dari kecil. Di balik tampang berkacamatanya yang culun, ternyata Kumiko adalah seorang wanita yang cantik… maaf… kuat dan bisa membela dirinya. Melihat Kumiko yang selalu mempercayai mereka, perlahan-lahan anggota dari kelas 3D pun mulai membuka hati mereka kepada Kumiko dan bahkan menjulukinya Yankumi (tanda keakraban mereka dengan Kumiko).

Satu murid yang mencuri perhatian dari Yankumi sekaligus memiliki hubungan yang jauh lebih dalam dengannya (lebih dekat, bukan hubungan guru-murid yang tidak senonoh lo) adalah Sawada Shin. Kenapa? Karena Sawada Shin sebenarnya adalah seorang murid yang pintar dan tidak seharusnya tergabung dalam kelas 3D yang rata-rata bodoh, satu-satunya alasan Sawada Shin berada di kelas ini adalah karena ia sudah kehilangan kepercayaan pada orang dewasa. Nah, bagaimanakah Yankumi nantinya mengatasi masalah dari setiap murid-murid di kelas 3D ini? Yang jelas semuanya tampil secara seru, lucu, unik, dan mengharukan!

Tiga karakter yang saya sorot dalam menonton drama ini adalah Yukie Nakama, Namase Katsuhisa, dan Matsumoto Jun. Ketiganya saya anggap sukses dalam memerankan karakter mereka. Yukie Nakama terutama paling mengejutkan saya. Maklum saja, sebelum nonton Gokusen saya terlebih dahulu menonton Shinobi di mana dia menjadi seorang ninja feminin yang luar biasa cantik dan The Ring di mana sebagai sosok Sadako dia tidak bisa dibilang melucu. Dalam Gokusen ini sintingnya dia berhasil terus menerus mengocok perut saya dan penampilannya sangatlah berubah menjadi tolol, bodoh, sekaligus hanya cantik di saat tertentu saja (dan Yukie Nakama masih memiliki serial Trick sebagai serial humor yang ia andalkan!). Karakter kedua yang kocak adalah Namase Katsuhisa yang muncul sebagai seorang wakil kepala sekolah yang bloon dan sok tahu – karakter ini saya anggap sebagai sindiran terhadap dunia pendidikan sekarang ini (mirip dengan GTO juga bukan?). Terakhir adalah Matsumoto Jun, apabila dalam GTO daya tarik juga terletak pada cewe-cewe cantiknya, mungkin Gokusen menggunakan Matsumoto Jun yang lumayan menawan untuk menarik perhatian kaum hawa! Untung saja penampilan Matsumoto Jun yang dingin dan cool saya anggap mampu menghidupkan peran Sawada Shin.

Role of a Teacher

Serial ini sekali lagi menekankan kepada saya betapa pentingnya rasa percaya dari seorang murid terhadap gurunya. Apabila seorang murid bisa membuka hati terhadap gurunya, niscaya lebih mudahlah gurunya untuk memahami dirinya sekaligus kesulitannya dalam hal pelajaran. Seorang guru yang baik tidak hanya terbatas di sekolah membuat nilai muridnya menjadi sempurna saja, tetapi juga bagaimana membuat seorang muridnya satu sosok yang berharga di tengah masyarakat. Perhatikan bahwa Sawada Shin mungkin pintar tetapi dengan kebengalannya dan kelakuan berandalnya ia jelas tidak mendapatkan simpati dari masyarakat bukan?

Yankumi mungkin tidak cerdas dalam bidang akademik. Mungkin juga ia tidak memiliki fisik menawan untuk menarik perhatian para murid. Tetapi ia memiliki apa yang seorang guru perlukan. Ia memiliki kemampuan untuk menyentuh hati murid-muridnya dengan kasihnya. Ia memiliki kemampuan mengerti apa yang murid-muridnya perlukan, dan membuka hati murid-murid itu kepadanya. Mungkin memang serial Gokusen ini secara keseluruhan masih kalah dengan GTO ataupun Dragon Zakura (karena Gokusen terlalu banyak menekankan mengenai hal-hal di luar bidang akademis – satu kekurangan karena kita jadi tidak bisa melihat peningkatan anak-anak 3D dalam hal akademis) tetapi secara keseluruhan ia masih berhasil memberikan nilai moral yang mendalam usai kita tonton (dan jangan lupa kita bisa jadi sakit perut karena ketololan ulah Yankumi dan kelas 3Dnya!). Ini jugalah serial yang membuat saya menjadi suka dengan seorang Yukie Nakama (saya tidak terlalu suka dengan perannya yang mellow dan sedih, peran tolol sekaligus gembira seperti inilah yang lebih cocok untuknya).

Terakhir, karena kesuksesan serial ini maka dibuatlah Gokusen 2 dan 3 di Jepang sana. Sayangnya sekuel-sekuelnya ini dianggap mengecewakan banyak pihak karena menghadirkan konflik-konflik yang mirip dengan prekuelnya (bahkan ironisnya sampai karakter-karakternya sekalipun mirip). Tetapi bagi mereka yang sudah terlanjur suka dengan Gokusen dan masih rindu dengan sosok Yankumi, bolehlah memuaskan rasa kangen itu dengan menonton sekuel-sekuelnya.

sumber: http://tukangreview.com/tag/gokusen/

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
CommentLuv badge
[+] kaskus emoticons nartzco

 
What is 7 + 8 ?
Please leave these two fields as-is:
4 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Indra
13 years ago

versi manga dah lamo nian pak…..SMA dlu keluarny..hohohooh….tapi keren..walopun baca manga no 1-3..hohoohoho

anto2k
13 years ago

:cendol tq indra atas commentnya…
anto2k´s last blog post ..How to Update Comodo antivirus

snapback hats wholesale

great information you write it very clean. I am very lucky to get this tips from you.

cheap new era hats
12 years ago

I just like the approach you took with this subject. It isn’t every day that you discover something so concise and enlightening.